Desclaimer : NISEKOI and All
Character by Komi Naoshi
SUMMARY :
Raku Ichijou, nama yang cukup populer di sekolahnya.
Dia lelaki yang sungguh baik dan perhatian. Tak sungkan ia menolong siapapun yang
kesulitan walaupun itu menyebabkan dirinya terjerat masalah. Karena itulah
Kosaki Onodera menyukainya. Entah sudah berapa kali Kosaki ditolong oleh lelaki
itu, dan membuat dirinya menjadi semakin tergila-gila padanya. Namun sebagai
gadis yang pemalu, Kosaki tak sanggup untuk mengungkapkan perasaannya. Hingga
suatu ketika datang fakta yang mengejutkannya. Bagaimanakah Kosaki menghadapi
kenyataan itu?
.
.
.
Jam sekolah telah usai, para siswa telah pergi
meninggalkan sekolah, ada yang langsung pulang ke rumah, namun ada pula yang
pergi ke tempat lain bersama teman-temannya melakukan suatu dan lain hal. Kecuali
beberapa siswa yang masih tinggal di sekolah karena ada keperluan, termasuk 2
orang siswi yang sedang berbincang di sudut ruang kelas.
"Ahhh.. soal yang ini bagaimana caranya??
aku benar-benar bingung. Ruri-chan,
bantu aku!"
Seorang gadis nampak berteriak gelisah kepada
temannya sambil menundukkan kepalanya ke meja di hadapannya.
"Ini tak jauh berbeda dengan yang
kujarkan kemarin kok." Temannya menjawab dengan nada datar.
"Ihh, tapi tetap saja aku masih tak
mengerti..." dengan nada memelas gadis itu kembali merengek.
"Oh iya Kosaki, untuk beberapa hari ke
depan ada hal penting yang harus kulakukan, jadi aku tak bisa belajar bersama denganmu.
Lebih baik kau minta diajarkan orang lain saja, ujian akhir tinggal seminggu
lagi lho."
Temannya yang bernama Ruri itu bangkit dari
kursinya dan mengambil tas untuk kemudian berjalan menuju pintu kelas.
"Eh Ruri-chan, tunggu!" Kosaki pun ikut bangkit dari kursinya.
"Memangnya hal penting apa sih?"
lanjut Kosaki.
"Ada lah.. pokoknya aku akan agak sibuk dalam
seminggu ke depan." jawab Ruri.
"Yaa.. baiklah, mungkin aku akan meminta
tolong Chitoge dan Tsugumi." Kosaki
melanjutkan.
Ruri menghentikan langkahnya, dan berbalik
menghadap Kosaki.
"Kenapa tidak meminta Ichijou saja?"
"E..eh..?! ichijou-kun??" Kosaki terkejut mendengar pertanyaan Ruri.
“Apa perlu aku hubungi dia sekarang?” Ruri
menegaskan apa yang dia ucap sebelumnya, lalu menyentuh layar ponselnya.
“Jangan! Iya iya.. baiklah, biar aku saja.”
Kosaki pun turut mengambil ponsel dari tasnya, lalu menyentuh layar ponselnya
beberapa saat sebelum mendekatkan ponsel itu ke telinga kirinya.
“Halo.. Ichijou-kun? Maaf mendadak menghubungimu. Begini ... “
.
.
.
“Benar tidak apa-apa?”
“Ah iya. Terimakasih.”
*piip*
Kosaki mengakhiri panggilan teleponnya.
Setelah itu matanya terarah pada Ruri yang tiba-tiba saja telah berdiri
bersandar pada pintu ruang kelas.
“Bagus. Kau ada kemajuan, Kosaki.” ucap Ruri
singkat seraya berjalan meninggalkan kelas itu.
“A.. Apa maksudmu Ruri-chan?”
Namun orang yang ditanya telah menghilang
sehingga pertanyaan itu tak terjawab.
Kosaki sedikit emosi dengan kelakuan temannya
yang baru saja pergi itu. Raku Ichijou adalah teman sekelas yang disukai Kosaki,
ia tau maksud Ruri hanya ingin membantu agar ia bisa lebih dekat dengan Ichijou,
tapi ia merasa perbuatan Ruri terkadang berlebihan dan malah merepotkan.
Ia menghela nafas pelan sesaat, lalu
membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja, dan memasukkan ke tasnya.
"Sebenarnya aku senang sih bisa bersama Ichijou-kun, tapi aku merasa sedikit gugup... Eh
bukan sedikit, tapi aku kan sangat-sangat gugup setiap berbicara dengannya. Waahh..!
Bagaimana ini? Bisa-bisa malah tidak maksimal belajarnya." gumam Kosaki sambil
berjalan gontai meninggalkan kelas yang tinggal hanya ada dirinya.
-xxx-
"Aku pulaaang.." Setelah menggeser
pintu dan masuk ke rumahnya, Kosaki segera naik menuju kamarnya.
"Oh, oneechan,
selamat datang." Seorang gadis kecil yang hampir terlihat sebaya dengannya
muncul di hadapannya.
"Ah, Haru-chan.. Hari ini kamu pulang lebih awal ya?" sapa Kosaki pada
adiknya itu.
"Iya, soalnya tidak ada kegiatan
klub." jawab Haru.
"Oh,
begitu." balas Kosaki sambil membuka pintu dan masuk ke kamarnya.
Segera ia menaruh tasnya dan melepas baju
seragamnya.
"Sepertinya
mandi akan menyegarkan diriku." pikir Kosaki.
*bzz..bzz...bzz..*
Ponsel Kosaki bergetar, ada pesan masuk.
"Hah, dari Ichijou-kun?"
"Konnichiwa
Onodera..
Soal yang tadi itu, kapan kita bisa memulainya?
Aku khawatir tak menemukan waktu yang tepat, soalnya akhir-akhir ini aku sering
diajak pergi untuk menemani ayahku. "
*tap..tap..tap..*
dengan cepat Kosaki membalas pesan dari Raku.
"Maaf merepotkanmu Ichijou-kun.
Soal itu, bagaimana kalau besok jam 2 siang di
rumahku? "
*kirim*
"Ehh..??
Apa yang ku lakukan? Aku yang butuh bantuannya, tapi aku malah menyuruhnya untuk
datang kesini. Pasti Ichijou-kun menganggapku gadis yang manja dan pemalas. Uhh.." Kosaki mengomel dalam hatinya.
*bzzz..*
pesan balasan dari Raku sampai.
*click*
"Tidak masalah, kita kan sudah sering belajar
bersama sejak SMP. Baiklah, besok aku akan ke rumahmu. Sampai jumpa"
"Begitulah
Ichijou-kun, kebaikan dan ketulusannya yang selama ini telah mencuri hatiku. Ku
harap aku memang tidak banyak merepotkan dirinya." kata Kosaki dalam hati sambil tersenyum menatap layar ponselnya.
-xxx-
"Permisiii..."
Terdengar suara seorang pemuda berbarengan dengan
suara pintu tergeser di sebuah toko kue.
"Selamat datang! Eh.. nak Ichijou? Silakan..
silakan"
Pemilik toko itu menyambut tamu yang datang.
Orangtua Kosaki menjalankan bisnis kue dan
manisan Jepang di rumahnya. Dan Raku telah beberapa kali diminta untuk membantu
di toko itu karena Raku dikenal pandai membuat manisan Jepang. Karena itulah
ibunya Kosaki mengenal dirinya dan mengakui kemampuannya.
"Anu.. sebenarnya saya kesini bukan mau
membeli kue." Raku mencoba menjelaskan maksud kedatangannya.
"Eh? Tapi kami juga sedang tidak meminta
bantuanmu lho, Ichijou." ibu Kosaki sedikit terheran.
"Wah Ichijou-kun maaf, aku tak tau kamu sudah datang."
Tiba-tiba terdengar sebuah suara bersamaan dengan
munculnya sesosok gadis manis.
Spontan Raku menengok ke sumber suara,
dilihatnya seorang yang tak asing di matanya, namun kali ini gadis itu terlihat
lebih menawan dengan pakaian rumah dibanding seragam sekolah yang biasa
dilihatnya. Membuat detak jantung Raku mendadak menjadi lebih cepat dari
biasanya.
"Ah.. tidak.. Aku baru saja datang kok. Hehe..."
jawab Raku sambil menggaruk pipinya yang sebenarnya tidak gatal.
"Oh.. rupanya kau kesini menjemput Kosaki
untuk pergi kencan? Hihihi."
Seperti biasa, ibu Kosaki menggoda Raku dan
Kosaki yang sontak membuat mereka mendidih wajahnya.
"Mama... Ichijou-kun kesini untuk mengajariku belajar, ujian kan tinggal seminggu
lagi." Kosaki mencoba menjelaskan.
"Hmm begitu.. Baguslah.. Kalau begitu
mama janji tak akan mengganggu kalian berduaan. Ehehe.."
Ibu Kosaki masih menggoda anak sulungnya itu.
"Ihh.. Sudah dong ma, jangan berbicara yang aneh-aneh di depan Ichijou-kun!"
Kosaki berusaha menghentikan perbuatan ibunya,
ia tak tau seberapa merah wajahnya sekarang karena hal itu.
Sementara itu Raku hanya terdiam menyaksikan
kebisingan ibu dan anak di hadapannya.
"Ayo Ichijou-kun, kita ke kamarku ... "
.
.
.
"Eh?"
"Eh?"
Suasana menjadi hening seketika, spontan
Kosaki menutupi mulutnya dengan tangan.
"Hehh?
Apa yang dipikirkan Onodera? Dan yang terpenting, apa yang akan dikatakan
ibunya? Apa beliau akan mencurigai kami? "
Raku berkata dalam hati sambil kedua matanya
melirik-lirik ke arah Kosaki dan ibunya.
"Aha.. Kosaki kau sudah berani ya
mengajak cowok ke dalam kamar..."
Suara ibu Kosaki memecah keheningan, lagi-lagi
ia menggoda anak gadisnya itu.
Kosaki tak merespon, ia pun berlalu pergi
menuju kamarnya sambil masih menahan malu.
Dan Raku secara tak sadar mengikutinya dari
belakang, meninggalkan nyonya Onodera yang masih tersenyum-senyum melihat ke
arah mereka berdua.
"Silahkan masuk, Ichijou-kun." Kosaki membukakan pintu dan
mempersilahkan Raku masuk.
"Wah..
Aku kembali ke kamar ini. Kamarnya selalu bersih dan rapi, dan aromanya ...
wangi sekali, khas aroma Onodera ketika aku berada di dekatnya."
Begitulah kesan yg muncul di pikiran Raku saat
melihat kembali kamar Kosaki. Ia tidak begitu ingat kapan terakhir kali
memasuki ruangan itu, mungkin saat ia diminta tolong membantu di toko itu dan
kemudian turun hujan yang sangat deras yang membuatnya hampir menginap di
kediaman Kosaki.
"I..Ichijou-kun? Ka..Kamu memperhatikan apa? "
Suara kosaki memecah lamunan Raku yang sedari
tadi diam terpaku di depan pintu kamar.
"Eh? Ti..Tidak.. Tidak ada kok. Hehe"
Sontak saja Raku terkejut karena teguran
Kosaki, dan ia hanya bisa memasang senyum kaku sambil melangkah ke tengah ruang
kamar itu.
Dilihatnya Kosaki telah duduk beralaskan
karpet, di depannya ada meja berukuran sedang dengan beberapa buku dan alat
tulis di atasnya. Raku pun turut duduk di sisi seberang Kosaki.
"Kau sangat rajin ya, Onodera. Catatanmu
lengkap dan rapi." ujar Raku saat melihat buku catatan Kosaki yang terbuka
lembarannya.
"Aah, tidak seperti itu kok. Dibanding
Ichijou-kun dan Chitoge-chan bahkan Ruri-chan, aku kan kurang pandai, makanya aku berusaha keras agar bisa
mengejar kalian." sambil malu-malu Kosaki menyangkal pernyataan Raku tadi.
"Ehm.. ehm.. Maaf mengganggu kemesraan
kalian, aku hanya disuruh ibu membawakan ini untuk kalian."
Tiba-tiba nampak sosok Haru di depan pintu
kamar Kosaki, kedua tangannya membawa nampan yang terdapat teko, cangkir, serta
sepiring kue di atasnya.
"Dan maaf juga aku tak mengetuk pintu
dahulu, soalnya pintunya memang tidak ditutup." lanjut Haru seraya
berjalan ke dalam kamar.
"Oh, terimakasih. Maaf merepotkan."
ucap Raku menyambut Haru.
Haru menaruh nampan yang ia bawa beserta
isinya di meja belajar kakaknya, tentu saja karena meja lesehan yang biasa
digunakan untuk makan dan minum di ruang itu sedang penuh dengan buku.
Kemudian ia berbalik ke arah Kosaki dan Raku.
“Kalian berdua benar-benar belajar kan?”
ucapan Haru terdengar bagai mengintrogasi.
“Eh? Tentu saja!” jawab Kosaki yang agak
terkejut oleh pertanyaan mendadak itu.
“Yakin tak ada tujuan lainnya?” lanjut Haru.
“Hei, kau mencurigai kami?” kali ini Raku yang
merespon.
“Hahahaha... sudahlah lupakan.” Haru
mengakhiri candaannya.
"Ngomong-nomong, kenapa wajahmu memerah,
kak? " tanya Haru pada Kosaki.
"Eh? Ma..masa ?" Kosaki balik
bertanya seraya memegang kedua pipinya.
"Ichijou-senpai juga. Hihihi.." ledek Haru sambil tangannya menutupi
mulutnya yang terkikih.
"Apa jangan-jangan salahsatu dari kalian
sedang demam dan menulari yang lainnya?"
"Memangnya bisa seperti itu?" tanya
Raku.
"Entahlah.. Hahaha” Lagi-lagi dengan
seenaknya Haru menutup topik obrolan dengan tidak jelas.
“Cih! Ibu dan anak sama saja.” ucap Raku pelan
sambil tersenyum konyol atas tingkah Haru.
“Ya sudah, lebih baik aku pergi saja." Haru
beranjak berjalan keluar kamar, namun sebelum itu ia mendekati Raku dan
membungkuk di sebelahnya.
"Oh iya, Ichijou-senpai. Awas ya kalau kau berani berbuat macam-macam pada
kakakku." bisik Haru.
"I..iya.. tentu!" Raku menjawab
dengan sedikit terbata sebab gugup oleh posisi Haru yang sangat dekat dengan
tubuhnya, bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas Haru menerpa telinganya.
"Kalian membicarakan apa sih? Sepertinya
kalian makin akrab ya..." ujar Kosaki melihat kedekatan Raku dan adiknya.
"Tidak!" mereka berdua menjawab
dengan kompak.
Haru kembali berdiri tegak dan melangkah
keluar. Lalu ia berhenti tepat di pintu kamar itu.
"Oh iya lebih baik pintunya memang tak
usah ditutup. Akan mencurigakan bila kalian berduaan di kamar dengan pintu
tertutup."
Setelah mengucapkan itu tubuh Haru pun
menghilang dari pandangan, diiringi suara langkah kaki menuruni tangga.
Setelah itu kini hanya Raku dan Kosaki berdua
di ruangan itu, dan mereka terjebak dalam mode canggung untuk beberapa saat.
“Sepertinya Haru-chan sudah bisa menerimamu ya ...” Kosaki mencoba mengakhiri
keheningan di antara mereka.
“Hmm... menurutmu begitu ya? Ya, mungkin
saja.” Jawab Raku.
Biasanya Haru selalu berusaha menjauhkan Raku
dari Kosaki, karena Haru menganggap Raku adalah lelaki kurang ajar yang suka
mempermainkan wanita, dan Haru tak ingin dirinya dan kakaknya menjadi korban.
Namun sekarang Haru membiarkan mereka berduaan, mungkin juga karena mereka
hanya di rumahnya dan di tempat itu juga ada orangtuanya. Kira-kira begitulah
yang dipikirkan Raku.
“Syukurlah kalau begitu.” wajah Kosaki tampak
berseri menunjukkan rasa bahagia karena dua orang yang disayanginya menjadi
lebih akur sekarang.
Tentu saja senyuman itu membuat Raku merasakan
jantungnya berdetak lebih kencang dan jadi salah tingkah.
“Hei Onodera... Bisa kita mulai belajarnya?”
dengan berusaha menstabilkan dirinya Raku mencoba keluar dari situasi itu
walaupun ia sedikit menikmatinya.
“Ah iya, maaf ya Ichijou-kun jadi malah ngobrol.”
-xxx-
“Selamat pagi, Ruri-chan!”
Menyapa sahabat terbaiknya setiap tiba di
kelas sudah menjadi rutinitas Kosaki.
“Ah pagi.” Ruri yang sedang serius membaca
buku hanya menjawab singkat.
“Bagaimana kemarin?” tanya Ruri, matanya masih
terpaku pada buku di hadapannya.
“Ya begitulah. Hehe...“ Kosaki tak tau
bagaimana menjelaskannya, hanya itulah yang keluar dari mulutnya.
“Uhh... Aku kesal sekali!”
“Iya iya... Masih pagi tapi kau ini sudah
berisik.”
Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dan perempuan,
suara itu terdengar makin jelas, lalu dari pintu kelas nampak sepasang
muda-mudi melangkah memasuki ruangan itu. Si lelaki itu adalah orang yang tak
asing bagi Kosaki, dia adalah pujaan hatinya, dan disebelahnya ada gadis sebaya
Kosaki dengan rambut pirang yang panjang terurai dihiasi pita merah, serta mata
biru indah khas orang-orang barat. Dia adalah Chitoge Kirisaki, kekasih dari
Raku. Ya tidak salah, Raku dan Chitoge adalah kekasih. Namun hubungan mereka
itu palsu. Mereka dipaksa menjalani hubungan itu karena hal yang cukup rumit.
Dan Kosaki adalah satu dari sedikit orang yang tahu tentang kebenaran itu. Hal
itu membuat ia yang hampir menyerah, kini berjuang kembali agar perasaannya
pada Raku dapat terbalaskan.
Sang gadis blasteran itupun menghampiri Kosaki
dan Ruri, lalu menyapa mereka seraya melambaikan pelan tangan kanannya.
Lalu ia berjalan menuju bangkunya yang
terletak di sebelah kiri bangku Raku, yang mana bangku Raku berada di kiri
bangku Kosaki. Setelah menaruh tas di meja dan mendaratkan tubuh bawahnya ke
kursi, ia pun menoleh ke arah Raku sambil meletakkan tangan kanannya di meja
untuk menopang kepalanya.
“Hei Raku, kau tau kedai ramen baru yang di dekat
perempatan itu? Kemarin kedai itu baru dibuka, jadi hari ini katanya masih ada
promo.”
“Lalu?” Raku merespon ucapan Chitoge.
“Haisshh... Kau tahu kan pacarmu ini sangat
suka ramen, kenapa kau tidak mengajaknya kesana sepulang sekolah nanti?” keluh
Chitoge.
“Eh tapi aku ... “ Raku melirik ke arah
Kosaki.
Melihat Raku yang mendadak mengarahkan tatapan
ke arahnya membuat Kosaki spontan memalingkan wajah.
“Tapi kenapa?” Chitoge bertanya heran.
“Bagian yang ini Ichijou pasti mengerti, minta
dia menjelaskannya padamu sepulang sekolah nanti, Kosaki.” tiba-tiba Ruri
mengambil sebuah buku pelajaran dan menghadapkannya pada Kosaki.
“Ruri-chan...
Apa yang kau lakukan?” gumam Kosaki.
“Oh materi fisika yang itu, aku juga paham
kok. Nanti aku kan mengajarimu Kosaki-chan.
Aku tak yakin si kecambah bodoh ini bisa menjelaskannya dengan baik.“ seketika
Chitoge mendekatkan dirinya pada Kosaki dan Ruri.
“Cih!” mendegar itu Raku hanya melirik kesal
ke arah Chitoge.
“Lalu setelah itu kita bisa pergi bersama!”
teriak Chitoge seraya merangkul Kosaki.
“Terimakasih, Chitoge-chan.” ucap Kosaki.
-xxx-
“Jadi kau sudah mengerti kan Kosaki-chan?”
“Iya. Aku paham sekarang. Terimakasih Chitoge-chan.” Kosaki menjawab pertanyaan
Chitoge.
“Kalau masih ada yang membingungkan, tanyakan
saja.” ujar Raku yang sedari tadi hanya duduk dan memakan snack, bukannya membantu Kosaki belajar.
“Baik, Ichijou-kun.” jawab Kosaki.
“Akhirnya selesai! Kalau begitu ayo segera
pulang lalu makan ramen, dan kue crepes, dan es krim juga! Ahaha!” ucap Chitoge
bersemangat.
“Hei, untuk seorang gadis SMA jajanmu itu
terlalu banyak.” celoteh Raku.
“Diam kau!” Chitoge menjawab dengan ketus.
“Kosaki-chan
juga ikut kan?” tanya Chitoge.
“Oh aku baru ingat! Hari ini aku harus menjaga
toko bersama adikku, karena orangtua kami akan pergi.” jawab Kosaki.
“Wah sayang sekali yaa...” sesal Chitoge.
“Haha... Maaf ya, lain kali saja.” balas
Kosaki.
“Ya sudah, kalau begitu kami duluan ya,
Kosaki-chan.” pamit Chitoge.
“Hati-hati di jalan pulang, Onodera!” Raku
menambahkan.
Kosaki mengangguk dan melambaikan tangannya ke
arah mereka berdua yang berjalan semakin menjauh.
Untuk beberapa saat Kosaki tak beranjak dari
tempatnya berdiri, pandangannya kini mengarah ke bawah.
“Beruntung
sekali Chitoge-chan, bisa tiap hari pergi dan pulang sekolah bersama
Ichijou-kun. Ku harap aku juga bisa seperti itu. Tapi apa benar hubungan mereka
itu hanya sebatas sandiwara? Setelah lebih dari dua tahun menjalani itu, apa
perasaan masing-masing tidak berubah? Mungkin saja mulai tumbuh perasaan
diantara mereka kan? Seperti pepatah mengatakan “Cinta datang karena terbiasa”.
Belakangan ini ku perhatikan mereka terlihat semakin akrab sih.”
.
.
.
“Tidak!
Tidak! Apa yang aku pikirkan? Itu tadi hanya intuisi sembarangan kan? Iya,
tidak lebih dari itu! Aku tidak boleh merasa rendah diri, harus lebih percaya
diri!”
Setelah berhasil menghilangkan pikiran
negatifnya Kosaki melangkah pulang dengan kemantapan hati.
-xxx-
Hari demi hari pun berlalu, ujian akhir telah
terlewati. Berkat kerja keras dan bantuan dari teman-temannya Kosaki berhasil
mendapatkan hasil yang baik di ujian ini. Yah, walaupun dibandingkan Ruri,
Raku, dan Chitoge yang meraih 10 besar di kelas, nilai Kosaki hanya sebatas
rata-rata kelas, namun itu sudah melewati targetnya yaitu menghindari ikut
remidial.
Dan kini tiba waktunya liburan musim panas!
Malam itu Kosaki telah bersiap dengan yukata merah mudanya, dilengkapi dengan geta di kakinya, serta rambut yang
ditata rapi menyelaraskan penampilannya. Dengan hati-hati ia berjalan di tengah
keramaian pengunjung festival tahunan musim panas.
“Kosaki-chan!
Sebelah sini!”
Mendengar ada yang memanggilnya, Kosaki
menoleh ke sumber suara, dilihatnya Chitoge melambaikan tangan ke arahnya.
Kosaki pun melangkah mendekatinya. Penampilan Chitoge dengan yukata berwarna
birunya pun tak kalah anggun dari Kosaki.
“Sudah lama menunggu ya?” tanya Kosaki membuka
obrolan.
“Ah tidak kok. Aku juga baru sampai.” jawab
Chitoge.
“Mana Ichijou-kun?” tanya Kosaki saat melihat Chitoge hanya seorang diri.
“Oh, Raku? Entahlah... Huh dasar cowok itu! Berani
sekali dia membuat kita menunggu dirinya.” keluh Chitoge.
“Haha... sudahlah, dia pasti punya alasan mengapa
terlambat.” Kosaki coba membela Raku.
“Dan Kosaki-chan juga sendirian?” Chitoge berbalik tanya.
“Iya, Ruri-chan
mendadak ada acara bersama keluarganya katanya.” jawab Kosaki.
“Aku
tahu itu pasti bohong. Dia hanya malas datang. Dasar kau Ruri-chan!” Kosaki mengomel dalam hatinya.
“Yasudahlah, tidak usah menunggu Raku. Ayo
Kosaki-chan!” ajak Chitoge.
Kosaki pun mengikuti Chitoge dari belakang.
“Waah..!! permen apel, permen kapas, takoyaki,
okonomiyaki! Inilah yang aku cari di festival!” Chitoge sangat antusias melihat
stand yang ada di tempat itu.
Kosaki hanya tersenyum melihat tingkah
Chitoge.
“Eh Kosaki-chan,
kau tau tentang jimat yang katanya punya kemampuan luar biasa?”
“Eh?” Kosaki sedikit memiringkan kepalanya
setelah mendengar pertanyaan Chitoge.
“Kabarnya kalau kita memilik jimat itu, akan
membuat percintaan kita sukses.” jelas Chitoge.
“Oh, yang itu! Iya, aku juga pernah dengar.
Dan kudengar jimat itu sangat dicari dan cepat habis saat mulai dijual.” jawab
Kosaki.
“Dimana ya benda itu dijual?” Chitoge
menjadikan tangannya teropong dan mengarahkan pandangan ke sekelilingnya.
“Anu... Chitoge-chan? Apa kau sangat menginginkan benda itu?” tiba-tiba Kosaki
bertanya.
“Eh? A... a...” jelas saja Chitoge terkejut
karena hal itu.
“Kau tau kan ada orang yang aku sukai, jadi
tentunya ... ya begitulah.” dengan malu-malu Chitoge menjawab.
Kosaki tersenyum kecil mendengar jawaban
Chitoge.
“Apa Kosaki-chan juga ingin jimat itu?” Chitoge balik bertanya.
“A... aku... Tidak kok! Aku tidak berminat.
Hehe...” Kosaki menyatakan jawaban palsunya. Gadis seperti dirinya tentu saja
juga menginginkan dan mempercayai hal semacam itu.
“Ah disana! Keramaian itu ada apa ya?” Chitoge
menunjuk ke sebuah kerumunan. Kosaki pun ikut menoleh ke arah yang ditunjuk
oleh Chitoge.
“Sepertinya itu tempatnya, ayo kesana!” dengan
berjalan cepat Chitoge menuju tempat itu diikuti Kosaki di belakangnya.
“Wah benar, ramai sekali. Banyak orang yang
ingin membelinya.” ujar Kosaki saat tiba di kerumunan itu.
“Kosaki-chan,
tunggu disini saja ya. Aku akan berusaha menerobos kerumunan ini.”
Setelah berkata seperti itu Chitoge langsung pergi.
“Eh tunggu Chitoge-chan!”
Namun Chitoge terlanjut hanyut dalam lautan
manusia itu, Kosaki yang mencoba mengejar malah ikut terjebak di dalamnya. Kini
mereka berdua pun terpisah.
Setelah beberapa saat, Kosaki berhasil keluar
dari kerumunan itu.
“Huahh... Akhirnya... Tapi Chitoge-chan kemana ya?” Kosaki sesaat menoleh
ke kanan dan kiri.
“Ah aku
lapar. Cari makanan dulu saja, setelah itu baru cari Chitoge-chan.” pikir Kosaki.
Setelah sampai, Kosaki pun segera memesan, “Tolong
yakisoba satu ya!”
“Ya, baik!” penjual itu merespon.
Saat mereka saling melihat ke arah satu sama
lain ...
“Eh?”
“Ichijou-kun?”
...
“Hmm jadi begitu ya... Kau terpisah dari
Chitoge di kerumunan yang disana itu.” ucap Raku.
“Stand
tadi itu milik keluargaku, yang bertugas menjaga mendadak sakit perut, jadi aku
menggantikannya sementara. Dan aku pun lupa kalau sudah melewati waktu kita
janjian.” Raku melanjutkan.
“Tidak apa-apa kok Ichijou-kun.” balas Kosaki.
“Ya sudah. Sekarang kita cari Chitoge bersama
saja.” ajak Raku.
Kosaki mengiyakan dan berjalan mengikuti Raku.
“Tak
disangka sekarang aku malah berduaan bersama Ichijou-kun. Rasanya senang sih,
tapi aku juga merasa sedikit tidak enak pada Chitoge-chan. Apalagi sekarang ia
sendirian entah dimana.”
Karena banyaknya orang yang lalu-lalang di
jalan yang relatif sempit, mereka pun beberapa kali harus menghentikan
langkahnya sesaat.
“Ramai sekali pengunjungnya...” keluh Raku.
Setelah itu Raku menoleh pada Kosaki yang
sedang melihat ke suatu arah.
“Onodera, ada apa?” tanya Raku. Ia pun ikut
menoleh ke arah tersebut.
“Boneka kelinci? Apa kau menginginkannya?”
tanya Raku lagi.
“Ah! Tidak kok. Aku hanya berpikir boneka itu
mirip kepunyaanku sewaktu kecil.” jawab Kosaki.
“Kalau kau ingin bilang saja. Aku akan coba
mendapatkannya.” ucap Raku.
“Eh tidak usah, Ichijou-kun!” cegah Kosaki.
“Tidak apa. Kebetulan aku juga ingin main Shateki disini.” jawab Raku.
Ia pun berjalan menuju stand itu, lalu
mengambil senapan yang tersedia, dan ...
*Dor!*
Sekali tembak tepat kena sasaran.
“Ini, Onodera. Untukmu...” dengan agak
memalingkan wajahnya, Raku memberikan hadiah permainan tadi kepada Kosaki.
“Te... Terima kasih, Ichijou-kun.” Kosaki menerima pemberian Raku
sambil menatap boneka itu, ia tak sanggup menatap wajah Raku karena malu.
“Kau hebat ya, Ichijou-kun.” puji Kosaki.
“Ah... biasa saja. Aku sudah sering memainkan
semua permainan seperti ini sejak kecil.” jawab Raku sambil menggaruk bagian
belakang kepalanya.
“Ayo. Kita lanjutkan lagi mencari Chitoge.”
ajak Raku.
Mereka pun kembali berjalan mengelilingi
festival itu.
“Hei, Raku!”
Tiba-tiba terdengar suara memanggil, Raku pun
menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari sebuah stand di festival itu.
“Oh.. Hoi!” Lalu Raku melambaikan tangan ke
arah orang yang memanggilnya tadi.
“Sebentar ya, Onodera.” ucap Raku pada Kosaki.
“Ya,” jawab Kosaki disertai anggukan kecil.
Tak lama setelah itu Raku kembali menghampiri
Kosaki.
“Maaf membuatmu menunggu, Onodera. Ini
untukmu.” Raku menyodorkan permen apel pada Kosaki.
“Ah... Hanya satu?” tanya Kosaki saat melihat
hanya ada satu permen apel di tangan Raku.
“Ya, aku tidak terlalu menyukai makanan ini.
Orang yang memanggilku tadi itu kenalan ayahku, lalu aku diberikan permen ini.”
jawab Raku.
“Tapi kelihatannya permen apel ini enak juga.
Aku jadi ingin mencicipinya.” ucap Raku.
Ia pun menggigit secuil permen itu, lalu
kembali menyodorkannya pada Kosaki. Sampai beberapa detik kemudian ia tersadar.
“Eh maaf Onodera... Aku malah memakannya.”
Segera Raku menarik permen itu dari hadapan
Kosaki.
“Lebih baik aku saja yang menghabiskannya.”
ucap Raku lagi.
“Tidak apa Ichijou-kun. Kalau tidak suka, jangan paksakan dirimu.”
Kosaki dengan cepat merebut permen itu dari
genggaman Raku dan menggigitnya. Melihat itu Raku hanya bisa terkejut dan
menatap bingung pada Kosaki.
“Apa
yang barusan kulakukan? Kenapa aku bisa seberani ini?”
Kosaki terheran sendiri pada perbuatannya barusan.
“Ah... Ichijou-kun, apa kau lelah? Kita bisa istirahat sejenak kalau kau mau.”
Kosaki mencoba mengalihkan topik.
“Tidak juga sih... Kau lelah ya, Onodera? Ya
sudah ayo cari tempat istirahat.” jawab Raku seraya kembali melangkahkan
kakinya.
“Eh bukan begitu...” Namun Raku telah terlanjur
berjalan, dan Kosaki terpaksa mengikutinya supaya mereka tak terpisah.
Mereka pun berhenti ketika menemukan sebuah
bangku panjang yang kosong, lalu mendudukinya.
“Kemana si Chitoge itu? Kita sudah berkeliling
ke hampir tiap sudut tempat ini, tapi belum menemukannya.” keluh Raku.
“Iya juga ya... Seharusnya dengan tampilan
gadis blasteran begitu kita mudah menemukannya.” timpal Kosaki.
“Seharusnya sih begitu...” ucap Raku sambil
menyandarkan tubuhnya pada bangku itu.
“Ichijou-kun,
mau es serut?” tawar Kosaki.
“Eh? Kau ingin beli itu ya? Kalau begitu ayo
kita beli.” Raku pun berdiri dari duduknya.
“Ah... biar aku saja yang membelinya. Daritadi
kau yang terus memberikan aku, sekarang biar aku saja. Tunggu disini ya,
Ichijou-kun.” Kosaki dengan cepat
meninggalkan Raku yang belum sempat memberikan jawaban.
Tak lama setelah itu Kosaki kembali dengan es
serut di kedua tangannya. Setelah memberikan satu pada Raku, ia pun kembali
duduk di sebelahnya.
“Hei Onodera, punyamu itu rasa apa?” celetuk
Raku.
“Ehh? Kau mau mencicipinya?” bukannya
menjawab, Kosaki malah berbalik tanya.
“A... a...” sebenarnya Raku sedikit terkejut
dengan tawaran Kosaki, dan ia pun menjadi salah tingkah. Namun Kosaki mengira
ia membuka mulut karena ingin meminta.
Kosaki pun dengan malu-malu mengarahkan
sendoknya ke mulut Raku, dan ...
*HAMMPP...*
Suapan Kosaki berhasil mendarat di mulut Raku.
Spontan setelah itu keduanya memalingkan wajah
ke arah berlawanan, menyembunyikan ekspresi masing-masing.
“Enak...” Raku mencoba mengakhiri keheningan.
Kosaki diam saja, hanya mengarahkan
pandangannya lurus ke depan.
“Kau juga, Onodera.” tiba-tiba Raku
mengarahkan sendok esnya ke arah Kosaki.
“Eh? Ti...tidak usah!” Kosaki mencoba
menolaknya.
“Ayolah... Aku jadi tidak enak denganmu.
Lagian ini juga kau yang membelikanya.” Raku sedikit memaksa.
“Umm... Baiklah.” jawab Kosaki.
Lalu Kosaki menutup matanya dan membuka
mulutnya. Menampilkan ekspresi wajah yang mengalirkan gairah setiap lelaki yang
melihatnya.
Setelah suapan itu mereka berdua kembali salah
tingkah. Raku seolah tanpa sadar terus melahap cepat es serutnya, sedangkan
Kosaki mengaduk-aduk esnya hingga mencair sebagian.
Hingga suara dering telepon mengakhiri suasana
itu.
“Onodera, aku angkat telepon ini dulu ya?”
ucap Raku sambil berjalan menuju tempat yang sepi, meninggalkan Kosaki
sendirian di bangku itu.
Kosaki menoleh sejenak ke tempat Raku pergi,
setelah itu pandangannya mengarah pada sekitarnya, memperhatikan keramaian
festival itu. Hingga tak sengaja ia melihat seorang balita yang sendirian dan
tampak kebingungan. Ia memutuskan untuk memperhatikan bocah itu lebih lama
lagi, sampai kira-kira setengah menit barulah ia menyimpulkan bahwa anak itu
mungkin sedang tersesat. Maka Kosaki pun menghampirinya.
“Adik kecil, kenapa kamu sendirian disini?
Orang tuamu mana?” tanya Kosaki pada anak itu.
Yang ditanya hanya menjawab dengan gelengan
kepala, wajahnya tampak pucat dan sedang menahan tangis.
“Kamu tersesat ya? Ayo kita cari orang tuamu.”
ajak Kosaki.
Anak itu menatap pada Kosaki, membuat Kosaki
tersenyum melihat wajah polosnya.
“Jangan khawatir. Kita pasti akan
menemukannya.” Kosaki mencoba menenangkan anak itu.
Anak kecil itupun mengangguk pelan mendengar
ucapan Kosaki. Lalu Kosaki menggandeng tangannya dan mereka mulai beranjak dari
tempat itu.
Kosaki mencoba menelusuri tempat yang tadi
dikunjungi anak itu, mungkin saja orangtuanya juga mencari dengan cara yang
sama.
“Kamu tadi lewat sini?” tanya Kosaki.
Anak itu mengangguk. “Di ujung jalan ini ada
yang menjual okonomiyaki, lalu kami
belok kanan, disana ada toko yang di depannya ada permen kapas yang besar. Iya, aku ingat!” jelas anak
itu.
“Baiklah, kita coba kesana.” jawab Kosaki.
Setelah mereka berjalan beberapa saat,
tiba-tiba anak itu berlari dari sisi Kosaki. Ia menghampiri seorang wanita sambil
berteriak “Mamaaa!”
Lalu wanita yang diteriaki itu membalikkan
tubuhnya dan memeluk anak itu. “Mayumi-chan,
dari mana saja kamu nak? Mama khawatir.”
“Mama yang meninggalkan aku! Huu...huu...”
“Hee? Bukan begitu sayang. Maaf ya, mama tadi
keasyikan belanja, dan kurang mengawasimu.”
“Tapi untunglah ada kakak ini. Dia menemaniku
mencari mama.” ucap anak itu sambil menunjuk ke arah Kosaki.
“Terima kasih banyak ya. Maaf merepotkan
anda.” ucap wanita itu pada Kosaki.
“Ah ya, tidak masalah. Lain kali lebih berhati-hati
ya.” jawab Kosaki.
“Kalau begitu saya permisi.” Kosaki
membungkukan badannya lalu melambaikan tangan pada anak itu.
“Huh...
Lelah sekali, hari ini aku telah berkeliling tempat ini bersama Chitoge-chan,
Ichijou-kun, dan anak tadi itu.”
“Eh
Ichijou-kun! Gawat, tanpa sadar aku meninggalkannya di tempat tadi.” Kosaki baru teringat ia meninggalkan Raku karena menolong anak kecil
tadi. Ia pun segera menuju ke tempat mereka duduk-duduk tadi.
Setelah sampai di tempat itu, ia tak menemukan
Raku. Malah yang dilihatnya adalah seorang gadis sebayanya yang berambut
pirang.
“Lho, Chitoge-chan?” Kosaki sedikit terheran melihat kembali temannya yang tadi
terpisah darinya.
“Hai, Kosaki-chan!” balas Chitoge.
“Tadi aku meninggalkan Ichijou-kun disini. Kemana dia ya?” Kosaki
menjelaskan.
“Oh, Raku sedang ku minta membelikan takoyaki disana.” jawab Chitoge.
“Oh jadi kau sudah bertemu dengannya?
Syukurlah.” ucap Kosaki sembari duduk dan menghela nafas, mencoba mengembalikan
energinya yang telah terpakai untuk mengelilingi tempat itu.
Lalu tangannya tak sengaja menyentuh sebuah
benda yang terasa lembut, Kosaki pun menoleh kepadanya.
“Ah,
boneka kelinci dari Ichijou-kun tadi. Aku juga melupakan dan meninggalkannya
disini! Untunglah tidak sampai hilang.”
Kosaki pun mengambil boneka itu dan menaruhnya
di pangkuannya.
“Itu bonekamu?” tanya Chitoge.
“Ah iya, ini hadiah dari permainan disana.”
jawab Kosaki sambil telunjuknya mengarah ke sebuah arah.
“Wah kau dapat boneka itu, sedangkan aku cuma
dapat jimat ini. Hahaha.”
“Hahaha.” Kosaki turut tertawa pelan mendengar
gurauan Chitoge.
“Tapi... sepertinya mitos tentang jimat ini
memang benar.” kali ini Chitoge berkata dengan nada serius.
“Eh?” Kosaki melirik pada Chitoge dan
menaikkan sedikit alis matanya.
“Aku... baru saja menyatakan perasaanku.” ucap
Chitoge.
Mendengar itu Kosaki menjadi terkejut, “Waaahhh??
Terus terus? Bagaimana setelah itu?”
“Ternyata dia juga punya rasa yang sama. Aku
sama sekali tidak menyangka. Jadi ... kami sepakat untuk mulai berpacaran.”
jawab Chitoge sambil malu-malu.
“Wow selamat Chitoge-chan! Jadi, dimana... *ehm* pacar barumu itu?” tanya Kosaki
penasaran.
“Dia sedang membelikanku takoyaki.”
“E...eh? Ma...maksudmu?” Jawaban Chitoge
barusan lebih mengejutkan Kosaki daripada yang tadi.
“Ehm... Ya... Maksudku dia adalah Raku.” dengan
sedikit terbata Chitoge menjelaskan.
Penjelasan Chitoge itu terasa seperti tamparan
keras untuk Kosaki. Membuatnya membisu tak mampu menggerakkan bibirnya.
“Sebenarnya sudah lama aku memendam
perasaanku. Setelah satu tahun menjalani hubungan palsu dengannya, aku baru
menyadari bahwa saat ini dia lah satu-satunya lelaki yang dapat membuatku
merasakan kebahiaan dan kenyamanan. Hanya saat bersama dia aku merasakan itu.
Walaupun kami sering bertengkar dan terlihat tidak akur, namun mungkin itulah
salah satu yang menyebabkan hati kami menjadi lebih dekat. Setelah aku mulai
menyadari bahwa aku menyukainya, saat itu masih ada sedikit keraguan padaku.
Namun hari demi hari yang kami lalui bersama, meyakinkan aku bahwa dialah orang
yang aku cintai. Lalu, mengingat masa SMA kita yang tak lama lagi, aku menjadi
khawatir. Mungkin saja setelah lulus nanti aku akan kembali ke Amerika, dan aku
tak dapat bertemu dengannya lagi. Ah, denganmu dan yang lain juga tentunya.
Maka sebelum waktu itu tiba dan penyesalan datang, aku memutuskan untuk
melakukan hal ini. Dan akhirnya hari ini, aku bisa melakukannya. Lega sekali
rasanya! Oh iya, sebenarnya sedari tadi aku sudah menemukan kau dan Raku, tapi
aku bersembunyi dari kalian, dan menunggu saat Raku sendirian untuk menyatakan
perasaanku padanya. Karena itulah kalian tidak menemukanku.”
Kosaki masih terdiam, pandangannya kosong, ia
tak merespon apapun pada celotehan panjang Chitoge barusan. Kata demi kata,
kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir Chitoge itu terasa bagai pedang
tajam yang menusuk jantungnya, semakin lama semakin dalam menusuk dan semakin
terasa sakit. Sekuat tenaga Kosaki menahan kepedihannya. Namun saat
pertahanannya hampir rapuh, dan air matanya hampir menetes keluar, tiba-tiba
...
“Ini Chitoge, takoyakinya... Oh Onodera sudah kembali rupanya.” Raku datang
menghampiri mereka berdua.
“Ma... Maaf, aku mau mencari toilet.” Kosaki
yang tak tahan lagi pun beralasan untuk pergi dari tempat itu.
Dengan sedikit berlari ia menembus keramaian
festival itu, tentu saja susah baginya berlari saat menggunakan pakaian dan
sandal seperti itu, membuatnya hampir jatuh tersandung beberapa kali. Beberapa
saat setelah itu Kosaki kehabisan nafas dan merasakan pegal di kakinya,
membuatnya berhenti di sebuah gang kecil di sebelah stand yang tak terpakai. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding
disana. Saat itu juga ia ingin menumpahkan semua perasaan yang sedari tadi ia
tahan. Namun air mata yang tadi hampir keluar, kini setetespun tak ada.
“Bodoh!
Aku memang bodoh! Dan juga payah!
Aku
telah menyukai Ichijou-kun sejak SMP, tapi selalu tak sanggup mengungkapkan
perasaanku. Ini memang akibat yang harus ku terima, memang pantas hukuman untuk
pengecut sepertiku. Aku tau cepat atau lambat, pasti hal seperti ini akan
terjadi. Ruri-chan, maafkan aku.”
Kemudian ia tersadar dari tadi ia masih
membawa boneka kelinci itu. Melihat boneka pemberian Raku itu, tidak membuatnya
merasa baikan. Ia justru teringat saat-saat yang baru saja ia habiskan berdua
dengan Raku malam itu. Kemudian ia memeluk erat boneka itu dan menenggelamkan
kepalanya pada benda itu.
“Tapi
kenapa? Padahal aku rasa kami sudah semakin dekat. Padahal aku baru saja
menikmati waktu dan bersenang-senang berdua dengannya di tempat ini. Kenapa itu
terasa cepat sekali berlalu?”
Tiba-tiba Kosaki merasakan ada cahaya datang
menyinari tempat itu. Ia mendongakkan kepalanya dan ternyata cahaya itu berasal
dari langit. Kembang api festival telah diluncurkan. Keindahan warna-warninya
serta sorak-sorakan dari para pengunjung memeriahkan puncak acara tersebut. Situasi
yang ironis dengan yang dirasakan Kosaki. Kembang api tahun ini terasa
menyedihkan baginya.
“Semuanya
sudah terlanjur terjadi. Tidak ada gunanya aku bersedih seperti ini. Yang ada
aku malah menyiksa diriku sendiri jika terus-terusan seperti ini. Lagipula
Chitoge-chan juga sahabat baikku, seharusnya aku juga berbahagia bila dirinya
bahagia ‘kan? Dan tidak mungkin pula aku merusak hubungannya.
Setelah berusaha menenangkan dirinya, Kosaki
pun merapikan penampilannya, mungkin saja ia berantakan karena semua hal tadi.
Tentu saja tidak mungkin saat itu perasaannya bisa langsung pulih seratus
persen, namun ia mencoba membuat semuanya terlihat baik-baik saja. Kemudian ia
melangkahkan kakinya menuju tempat tadi, ternyata cukup jauh juga ia berlari.
Namun sesampainya di tempat itu, ia tak
menemukan Raku dan Chitoge. Dan ia merasa sudah terlalu lelah fisik dan
batinnya bila harus mencari mereka. Akhirnya ia memutuskan mengabari lewat SMS
kalau dia akan langsung pulang.
Setelah itu dengan berusaha melupakan kenangan
pahit di malam itu, ia berjalan menuju pintu keluar tempat itu.
Di tengah perjalanan Kosaki bertemu dengan
anak kecil yang ia tolong tadi. Kemudian untuk sesaat ia memandangi boneka
pemberian Raku yang berada di pelukannya. Setelah mengingat namanya ia pun
memanggil anak itu. “Mayumi-chan!”
Anak itupun menoleh pada Kosaki dan
melambaikan kedua tangannya. Lalu Kosaki berjalan mendekat padanya.
“Ini untukmu, Mayumi-chan...” Kosaki memberikan boneka kelinci itu pada anak itu.
Dengan senang hati anak itu menerimanya,
“Waah! Terima kasih kak. Ini dapat dari permainan yang disana ya?”
“Iya... Di rumah aku sudah banyak sekali
boneka, jadi yang ini untukmu saja.” jawab Kosaki.
“Aku pasti akan menjaganya!” ucap anak itu.
Kosaki pun tersenyum dan membelai lembut
rambut anak itu.
“Kakak pulang dulu ya... Itu mamamu sedang
menunggu disana, jangan tersesat lagi ya... Sampai jumpa!” lalu ia melambaikan
tangannya dan kembali meneruskan perjalanannya.
“Cinta
memang tak selalu berakhir dengan indah. Berani jatuh cinta, berarti kau juga
harus berani untuk patah hati. Namun semua itu pasti akan berlalu. Percayalah
semuanya akan baik-baik saja. Sampai suatu saat kau akan temukan cinta
sejatimu.”
.
.
.
~ FIN ~
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon